SKILL LAP
PEMERIKSAAN JVP

Disusun oleh :
Kinanty Sindiana
030.12.142
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
KEPANITERAAN
KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RS
ANGKATAN LAUT DR MINTOHARDJO
PERIODE
01 AGUSTUS – 08 OKTOBER 2016
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Jugular
vena pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah tekanan system vena
yang dapat diamati secara tidak langsung. Pengukuran system sirkulasi vena
sendiri dapat dilakukan dengan metode invasive memasukkan kateter yang
dihubungkan dengan sphygmomanometer melalui vena
subclavia dextra yang diterukan hingga ke vena centralis (vena cava
superior). Namun, karena pertimbangan harga dan resiko yang besar, maka
dilakukan metode non-invasif dengan menggunakan vena jugularis (externa
dexter) sebagai pengganti sphygmomanometer dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan.
Titik ini kira-kira berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari
angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua linea midaxillaris. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal
dengan posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang
permukaan musculus sternocleidomastoideus.
JVP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung
kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu
JVP tampak setinggi leher, jauh lebih tinggi daripada normal.1
Distensibilitas vena-vena di leher
dapat memperlihatkan adanya perubahan volume dan tekanan di dalam atrium kanan.
Vena jugular merupakan salah satu vena yang terdapat di area leher. Terdapat 2
buah vena jugular yaitu vena jugular internal dan vena jugular eksternal. Untuk
mendeteksi tekanan vena sentral (CVP) lebih reliabel melalui vena jugular
interna daripada vena jugular eksterna. Namun vena jugular interna terletak
lebih dalam dibelakang musculus sternokleidomastoideus sehingga sering tidak
tampak dari permukaan kulit. Sedangkan vena jugular eksterna dapat lebih mudah
melebar/membesar walaupun hanya dengan sedikit provokasi seperti dengan menahan
nafas, menengokan leher, dan dengan pemakaian pakaian yang sempit di daerah
leher atau diatas area thoraks. JVP normal adalah 5 +/- 2 cm H2O di
atas sendi manubriosternal (angulus sternalis), saat pasien berbaring setengah
tidur terlentang (300-450), di mana ujung atas kolom vena
sistemik berada di bawah atau hanya terlihat sedikit di atas angulus sternalis.
Ujung atas kolom vena akan terlihat lebih mudah jika pasien mengubah posisi
lebih horizontal dan adapun sumber lain mengatakan bahwa dengan menggunakan
refluks hepato jugularis.2
2.2 TUJUAN PENGUKURAN JVP
Tujuan pengukuran JVP adalah untuk
melihat adanya distensi vena jugularis dan memperkirakan tekanan vena sentral
(CVP). Distensi vena-vena dileher dapat memperlihatkan adanya perubahan volume
dan tekanan di dalam atrium kanan. Vena jugularis merupakan salah satu vena
yang terdapat di area leher. Di leher terdapat 2 buah vena jugular yaitu vena jugular interna dan vena jugular eksterna. Vena jugular
interna terletak lebih dalam dibelakang otot sternokleidomastoideus sehingga
sering tidak tampak dari permukaan kulit. Padahal tekanan vena sentral (CVP)
lebih reliabel melalui vena jugular interna daripada vena jugular eksterna.
Sedangkan vena jugular eksterna dapat lebih mudah melebar/membesar saatmenahan nafas,
dan menengokan leher.3
2.3 MENGUKUR TEKANAN VENA JUGULARIS
1.
Minta pasien untuk relax, tempat tidur ditegakkan agar tidak
tegang. Dengan posisi 30o-450.
2.
Jangan menggunakan bantal, karena bentuk gelombang dari vena
jugularis lebih baik dilihat dengan posisi kepala langsung menempel di tempat
tidur.
3.
Memposisikan leher sampai dapat terlihat jelas.
4.
Jika cahaya ruangan sudah baik, tidak perlu lagi menggunakan
lampu flash, senter, atau cahaya langsung lainnya.
5.
Yang pertama lihat denyut terlebih dahulu, kemudian
menentukan apakah denyutan berasal dari arteri atau vena dengan menerapkan
kriteria berikut untuk mengidentifikasi gelombang vena:
a.
Gelombang vena yang bifida, menjentik (flicking) seperti lidah ular.
b.
Naik jika menurunkan kepala ke tempat tidur, dan akan
tenggelam jika mengangkat kepala dari tempat tidur.
c.
Berubah dengan respirasi, tenggelam hingga ke dada saat
inspirasi.
d.
Tidak teraba. Hal ini
baik untuk menggunakan vena jugular eksterna selama dapat melihat bentuk
gelombang yang jelas di dalamnya.
e.
Umumnya, denyut yang menonjol itu berasal dari arteri
karotis bukan dari JVP. Untuk membedakan, tekan/bendung daerah proksimal (di
atas klavikula), sampai tampak jelas, kemudian tekan pada bagian distal (bawah
dagu) dan lepas bendungan di proksimal sambil melihat ke leher. Dengan
melakukan maneuver ini pada semua individu, JVP akan terlihat naik, sedangkan
denyut arteri karotis tidak berubah.
6.
JVP dapat dinilai baik dari sisi kanan maupun dari sisi
kiri. Namun dari beberapa sumber menyebutkan dari musculoskeletal anatomi, dan
bekuan vena, pulsasi hanya dapat divisualisasikan di satu sisi. Jika tidak
dapat mengidentifikasi JVP pada jugularis interna dengan jelas pada sisi kanan,
maka periksalah juga sisi kiri.
7.
Jika tidak dapat melihat JVP, maka laporkan dengan mengatakan
JVP tidak divisualisasikan dibandingkan dengan tidak ada JVP.

Setelah
dapat menentukan atau melihat gelombang vena, maka kemudian mengukur tekanan
vena jugularis :
1.
Identifikasi JVP pada titik tertinggi pulsasi, dengan
memberi bendungan pada daerah proksimal
(di atas klavikula), sampai vena tampak jelas kemudian bendung pada bagian
distal (dibawah dagu) dan bendungan di atas klavikula dilepas. Perhatikan ujung
kolom darah di dalam vena.
2.
Gunakan kartu atau penggaris sacara horizontal dari titik
denyut tertinggi hingga melewati penggaris yang telah diletakkan secara
vertical tepat diatas angulus sterni.
3.
Tambahkan 5 cm (untuk sampai ke pusat atrium), dan kemudian
melaporkan dengan mengatakan tekanan vena jugularis adalah 5 +.. cm H2O.
Table
1. Perbedaan antara denyut vena jugularis dengan arteri carotis
Vena jugularis
|
Arteri carotis
|
Berdenyut
ke dalam
|
Berdenyut
keluar
|
Dua
puncak dalam satu siklus (pada irama sinus)
|
Satu
puncak dalam satu siklus
|
Dipengaruhi
oleh kompresi abdomen
|
Tidak
dipengaruhi oleh kompresi abdomen
|
Dapat
menggeser earlobes (bila tekanan vena meningkat)
|
Tidak
menggeser earlobes
|
2.4 MEMAHAMI GELOMBANG VENA JUGULAR

Gelombang vena jugular normal
Terdapat 2 gelombang
positif “a” dan “v”, salah satu terjadi sebelum suara pertama jantung atau
impuls karotis, dan salah satu setelahnya. Ketika denyut jantung adalah 80 atau
kurang, akan sangat mudah untuk menentukan waktunya, apabila denyut nadi cepat
maka perlu auskultasi sambil mengobservasi.
“A wave” adalah kontraksi atrium (hilang pada
atrial fibrilasi).
“C wave” adalah
kontraksi ventrikel.
“X descent” adalah
relaksasi atrial.
“V wave” adalah
pengisian vena atrium (terjadi pada waktu yang sama dengan kontraksi
ventrikel).
“Y descent” adalah
pengisian ventrikel (tricuspid terbuka).
Gelombang vena jugular abnormal
1.
Elevasi gelombang “a”
Resistensi
terhadap pengosongan atrium kanan, dapat terjadi pada atau di luar katup
tricuspid. Contohnya, hipertensi pulmonal, rematik tricuspid stenosis, massa
atrium kanan atau thrombus.
2.
Cannon gelombang “a”
Denyut
vena yang besar positif selama gelombang “a”. hal ini terjadi ketika kontraksi
atrium terhadap katup tricuspid yang tertutup selama AV disosiasi. Contohnya,
atrium premature/junctional/ventricular, atrio-ventricular komplit (AV) blok,
dan takikardi ventrikuler.
3.
Gelombang “a” hilang
Tidak ada
kontraksi atrium, umumnya pada atrial fibrilasi.
4.
Elevasi gelombang “v”
Penyebab
tersering adalah regurgitasi tricuspid (lancisi sign). Kontraksi pada ventrikel
dan jika katup tricuspid tidak menutup dengan baik, sehingga aliran darah balik
ke atrium kanan. Tricuspid regurgitasi, jika signifikan akan disertai dengan
pulsatile liver (terasa pada bagian
bawah costal margin). Dapat terdengar murmur dari regurgitasi tricuspid berupa
pansistolik murmur yang meningkat saat inspirasi.
2.5 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PADA PENGUKURAN JVP
2.5.1 Indikasi
Fungsi
dari pemeriksaan JVP adalah untuk melihat adanya distensi vena jugularis,
memberikan informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan, fungsi
paru, dan merupakan komponen terpenting untuk menilai volume darah, serta untuk
mencapai diagnosis dan memantau terapi untuk pasien dengan penyakit jantung. Beberapa
sumber menyebutkan bahwa indikasi pengukuran JVP diklasifikasikan berdasarkan
jenis masalahnya apakah factor cardiac atau non-cardiac, berikut adalah
klasifikasinya:
Cardiac.
a.
Gagal jantung kanan sekunder, selanjutnya gagal jantung
kiri.
b.
Gagal jantung kanan.
c.
Cor pulmonal.
d.
Stenosis katup tricuspid atau pulmonal.
e.
Efusi pericardial atau tamponade.
f.
Restriktif cardiomiopati atau constriktif pericarditis.
g.
Lesi pada jantung kanan.
Non-Cardiac
a.
Obstruksi vena cava superior.
b.
Peningkatan volume darah.
c.
Peningkatan intrathoraks sampai dengan tekanan positif
ventilasi mekanik, maneuver valsava, penyakit obstruksi jalan nafas, tension
pneumothoraks.
d.
Peningkatan tekanan intraabdomen sampai dengan kehamilan,
obesitas, dan asites.
2.5.2
Kontraindikasi
Pengukuran JVP tidak
dilakukan pada pasien dengan :
a.
SVC syndrome
b.
Infeksi pada area insersi.
c.
Koagulapati.
d.
Insersi kawat pacemaker.
e.
Disfungsi kontralateral diafragma.
f.
Pembedahan leher.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Witteles, R. Neck veins & wave forms. Stanford medicine
25. Available at http://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/nvwf.html. Accessed 20th,
September 2016.
2.
Natadidjaja, H. Anamnesis dan pemeriksaan fisik penyakit
dalam. Jakarta: Binarupa aksara. 2012.
3.
Setiyohadi B, Subekti I. Pemeriksaan Fisis Umum. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing;2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar